Bagaimana Cara Mendesain Rumah Ramah Difabel

Author:

Rekomendasi umum untuk desain rumah yang mudah diakses dan digunakan oleh difabel

Sebuah desain arsitektur yang ramah difabel harus bisa diakses oleh semua orang, termasuk difabel sekalipun. Agar lebih meningkatkan kesadaran akan hal ini dan membantu dalam proses desain, postingan kali ini mencoba mengumpulkan beberapa panduan yang bisa diikuti agar penghuni atau tamu bisa nyaman dan tidak mengalami kesulitan saat menempati ruang hunian.

Tentunya setiap negara hampir pasti memiliki peraturan yang berbeda tentang aksesibilitas ini, jadi mari kita coba ambil salah satu referensi dari ‘Universal Accessibility Guide‘ – Ciudad Accesible. Ini hanya merupakan konsep dan bisa berbeda untuk setiap proyek.

Koridor harus berkelanjutan dan aman

Sebagai konsep yang paling dasar, sirkulasi harus lancar dan tidak terputus dari jalan menuju ke dalam rumah. Semua jenis halangan harus dihindari. Kalaupun ada, maka harus mudah dikenali dan diketahui.

Secara umum, koridor dengan lebar 150 cm dianggap sudah nyaman sekali, karena ini sudah lebih lebar dari lebar minimum 90 cm yang disarankan. Meskipun ukuran ini mungkin terdengar berlebihan untuk rumah dengan ruang yang kecil, tapi bisa dicoba untuk diterapkan secara kreatif melalui perabotan yang fleksibel atau area multi-fungsi yang ramah difabel.

Rekomendasi bahan dan material lantai yang ramah difabel

Lantai, pilihlah bahan atau material lantai yang tidak licin, yang memiliki tekstur atau permainan warna yang jelas, sehingga membantu memudahkan kondisi rute yang akan dilalui.

Bila ada karpet atau jenis penutup lantai lainnya, maka ia harus terpasang dengan baik dan kuat.

Akses naik turun antar lantai vertikal selain menggunakan tangga

Akses vertikal dengan tangga konvensional mungkin bukan pilihan, tetapi menggunakan lift mungkin masuk akal pada bangunan institusional atau publik, tetapi pada hunian seringkali lift menjadi terlalu mahal.

Jika memang desain rumah kita harus dirancang dengan dua tingkat atau lebih, maka ramp (tanjakan), lift kursi atau semacam platform angkat lainnya ada baiknya disediakan.

Kalaupun terpaksa dengan tangga konvensional, maka usahakan mendesain tangga yang landai dan disertai pegangan tangga yang nyaman.

Rekomendasi bahan dan material tangga

Pijakan anak tangga: pilihlah permukaan yang anti selip, dan berikan semacam material atau bahan yang menjadi penanda bagi awal dan akhir tangga.

Jika ada perbedaan ketinggian lantai atau permukaan, ramp adalah hal yang penting

Sudah jelas jika rumah kita dipenuhi tangga maka penghuninya akan sulit bergerak lancar. Dalam hal ini maka ramp adalah opsi yang cerdas sebagai alternatif tangga dan harus diterapkan dengan benar agar berfungsi dengan efektif.

Idealnya, ramp tidak boleh melebihi sudut kemiringan tanjakan 8% dan harus dirancang dengan lebar minimum 90 cm (disarankan untuk mencapai lebar 150 cm). Pegangan ramp harus disertakan dan di desain tanpa gangguan pada ketinggian 70 cm dan 95 cm.

Jika ramp terlalu panjang maka harus dibagi di sekitar jarak setiap 9 meter, termasuk jeda tanpa lereng. Jeda ruang di mana ramp mulai menanjak dan berakhir harus ada permukaan datar 150 x 150 cm.

Bahan yang direkomendasikan untuk bahan penutup ramp

Ramp: gunakan material atau bahan dengan permukaan yang tidak licin, dengan tekstur yang menandai awal dan akhirnya.

Pegangan tangga: gunakan bahan yang nyaman untuk gerakan tangan sampai akhir jalur.

Pilihlah pintu yang cocok

Umumnya, disarankan untuk menyertakan pintu dengan lebar daun pintu antara 90 hingga 100 cm, yang bisa dibuka sepenuhnya, lalu untuk pegangan pintunya direkomendasikan pada ketinggian 95 cm. Pintu yang menghalangi gerakan orang, terutama di area dekat ramp, sebaiknya dihindari.

Pintu putar belum tentu sepenuhnya bisa diakses, sedangkan pintu kaca harus bisa dikenali dengan jelas. Sedangkan untuk pintu jenis otomatis atau hidrolik, harus dikendalikan untuk memberikan waktu yang dibutuhkan untuk seseorang untuk melaluinya tanpa masalah. 

Pintu dengan bukaan ayun harus dirancang dengan hati-hati dan tergantung pada karakteristik setiap ruang; tidak tidak penting apakah mereka membuka ke dalam atau ke luar.

Pentingnya mendesain jendela dengan benar

Jendela lipat (yang membuka ke dalam), geser (dengan perpindahan horizontal) atau sistem engsel pivot (dengan perpindahan horizontal atau vertikal), adalah opsi yang baik untuk disertakan dalam desain rumah ini.

Saat mendesainnya, penting untuk memperhatikan dan memahami akan siapa penggunanya nanti secara mendalam, dengan tetap mampu memberikan penerangan alami dan ventilasi secara efektif, di samping pemandangan yang akan disajikan. Kita tidak boleh lupa bahwa jendela kerap bisa menjadi penyedia koneksi utama antara penghuni dan dunia luar.

Bahan yang direkomendasikan

Pintu dan jendela: Kunci atau kait harus mudah digunakan dan bisa dibuka dari luar saat keadaan darurat.

Kamar mandi bisa menjadi proyek ramah difabel tersendiri dengan ukuran yang sangat spesifik

Untuk aksesibilitas. Dimensi dan bukaannya harus memungkinkan akses dan gerakan kursi roda, dengan diameter minimum 150 cm. Permukaan kamar mandi juga harus anti licin agar aman.

Rekomendasi perlengkapan utama

Rekomendasi ini meliputi toilet, wastafel, dan pancuran. Toilet harus dipasang pada ketinggian maksimum 50 cm dan memiliki mekanisme pemakaian yang mudah dioperasikan. Wastafel harus ditempatkan pada ketinggian 80 cm dengan ruang yang cukup untuk kursi roda. Kotak pancuran harus disertakan pada tingkat yang sama dengan lantai kamar mandi, dengan luas minimal 90 x 120 cm, tempat duduk lipat, dan keran dengan tuas atau tuas tunggal yang mudah diatur dari tempat duduk.

Dapur ramah difabel yang fungsional dan dapat disesuaikan

Saat mendesain dapur ramah difabel, perhatian harus diberikan pada distribusi ruang kerja, pergerakan cairan antara dapur, mesin cuci piring, dan lemari es. Disarankan untuk memiliki meja kerja yang tingginya 80 cm dan memiliki ruang kosong di bawahnya untuk memudahkan pengguna kursi roda untuk mendekat. Semua peralatan dan artefak harus mudah dijangkau dan ada beberapa sistem yang dapat disesuaikan dengan ketinggian pengguna.

Bahan yang direkomendasikan

Secara umum: permukaan yang anti selip, keran dengan tuas atau tuas tunggal, dan semua sistem, teknologi, atau perangkat yang memfasilitasi proses tersebut.

Kamar tidur yang nyaman dan mandiri

Kamar tidur harus menyenangkan, mengedepankan kenyamanan penghuni, dan memberikan penekanan khusus pada pencahayaan dan kegelapan. Desain kamar tidur harus mengikuti pakem yang sama seperti pada ruang lain, termasuk dimensi minimum untuk pergerakan mandiri seperti sirkulasi 90 cm, area rotasi 150 cm untuk kursi roda, ketinggian tempat tidur sekitar 50 cm, dan ruang penyimpanan dengan pintu geser. Saklar harus mudah dijangkau dan ditandai dengan lampu untuk kemudahan ketika gelap.

Ruang tamu sebagai lingkungan sensorik dan dinamis. Ruang tamu didefinisikan sebagai ruang fleksibel dengan dimensi minimum yang memberikan kebebasan desain untuk meningkatkan kualitas hidup. Faktor-faktor seperti tekstur, warna, suhu, akustik, dan pencahayaan mempengaruhi bagaimana orang memandang dan menghabiskan waktu di ruang tamu dan membantu mereka untuk pulih melalui rangsangan sensorik. Otomatisasi rumah yang mudah digabungkan dan terjangkau dapat membantu meningkatkan operasi ruang tamu melalui sensor gerak, panel kontrol, atau perintah suara.

Akhir

Demikian untuk postingan kali ini mengenai pembahasan bagaimana cara mendesain rumah yang ramah difabel beserta beberapa rekomendasinya yang umum digunakan. Semoga bisa menjadi pencerahan bagi kita semua ☺️

Disadur/diterjemahkan kembali dari berbagai sumber di internet. Semoga berguna, salam.

Lihat juga postingan lainnya mengenai:

Terima kasih telah berkunjung – Arginuring Arsitek, layanan jasa arsitek di kota Bandung, Jawa Barat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Huh?...